Minggu, 03 Maret 2013

SEPUTAR PAWON DI LINGKUNGAN KASUNANAN SURAKARTA




Sejak perpindahan Keraton Mataram Kartosuro menuju Keraton Surakarta (Boyong Kedhaton) akibat geger pecinan yang terjadi pada hari Rabu Pahing, 17 Sura, dengan sengkalan “Kambuling Puja Asyarsa ing Ratu“ (1670 Jawa = 1745 M atau tepatnya 17 Februari 1745),  Keraton Kasunanan Surakarta terus melaksanakan pembangunan. Mulai dari bangunan keraton serta bangunan-bangunan pendukung lain, seperti keputren, gapura, pemandengan dalem, masjid, pasar dan lain-lain. Bangunan-bangunan di dalam beteng keraton pun dilakukan secara bertahap termasuk terdapat pula perubahan-perubahan maupun perbaikan.
Keraton Surakarta dilengkapi pula dengan bangunan yang difungsikan sebagai pawon. Hal ini berkaitan dengan selera kuliner Kasunanan Surakarta yang tergolong penting. Sejak masa Paku Buwana II ketika terjadi Boyong Kedhaton disebutkan beberapa peralatan dapur yang dibawa. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa Paku Buwana II telah ada teknologi dan cara masak-memasak untuk hidangan keluarga Keraton dan abdi dalemnya.
Kegiatan memasak di lingkungan keraton berada dalam sebuah lembaga yang diberi nama Lembaga Keputren yang dikepalai oleh keluarga raja bergelar Gusti Kanjeng Ratu (G.K.R). Dapur-dapur yang berada di bawah lembaga keputren ini terdiri atas dapur Gondorasan, untuk memasak berbagai keperluan sesaji dan wilujengan untuk keperluan penyelenggaraan upacara-upacara adat yang berlangsung di lingkungan Keraton Surakarta; dapur Sekul Langgen, untuk memasak makanan bagi cadhong (pajurit kerajaan) pada masa dahulu berupa nasi dan sayur sederhana; dan dapur Utama (Koken), serta Drowesono untuk keperluan menata dan mensuplai minuman.
Pembangunan masa PB X juga dilakukan di bangunan dapur. Sehubungan dengan aktivitas makan yang teratur di dalam kraton dan banyaknya kegemaran kuliner dari PB X ditambah dengan berbagai acara penyambutan tamu-tamu, maka PB X menyediakan empat buah pawon khusus untuk memasak yaitu pawon Ageng untuk memasak segala masakan besar (makanan pokok), pawon Nyirosuman khusus menyediakan keleman atau makanan kecil, pawon Kridowoyo (yang berarti tempat mengolah air keruh) yaitu tempat pengolahan susu yang berasal dari peternakan sapi. serta pawon Drowesono dengan melakukan pembangunan ulang sebagai tempat mengolah, menata dan mensuplai bermacam-macam minuman Eropa.
Perubahan acara makan dan perjamuan makan serta selera makanan di kraton Kasunanan terjadi pada masa PB XI berkuasa. Hal ini berkaitan dengan situasi politik pada masa penjajahan Jepang dan terjadinya perseteruan keluarga keraton. PB XI menangani sendiri semua dapur yang ada di kraton dengan mengubah kawasan keputren yang menjadi tempat aktivitas memasak menjadi dapur pribadi PB XI. Pawon Ageng, pawon Nyirosuman, pawon Drowesono, pawon Kridowoyo dirubah menjadi pawon modern dengan sebutan pawon Pakubuwanan. Pawon Pakubuwanan ini terdiri dari dua Pawon yaitu pawon Jawa dan pawon Modern. Pawon Jawa khusus menyediakan makanan-makanan Jawa sedangkan Pawon Modern khusus menyediakan makanan-makanan Eropa. Pawon yang tidak dirubah adalah Pawon Gondorasan yang khusus membuat sesaji dan wilujengan bagi acara-acara seremonial Kraton.