Senin, 05 Mei 2014

BENTENG KARTASURA



Benteng Kartasura merupakan salah satu bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam. Bangunan ini berdiri pada tahun 1680 atas perintah Sunan Amangkurat II setelah Istana Pleret rusak akibat Pemberontakan Tronojoyo. Wilayah Wanakerta menjadi pilihan untuk mendirikan keraton baru karena dipandang strategis. Keraton Kartasura berfungsi sebagai ibukota Kerajaan hingga tahun 1742 karena bangunan kerajaan hancur akibat Pemberontakan Geger Pecinan dan harus pindah ke Sala.
Kondisi Benteng Kartasura pada saat ini dimanfaatkan sebagai makam selir PB IX, selir PB X dan keluarga kerajaan lain. Sementara sisa-sisa bangunan keraton yang masih bisa dijumpai saat ini antara lain Benteng Cepuri yang relatif masih utuh, beberapa struktur Benteng Baluwarti, sisa bangunan Gedong Miring dan sumur tua.  
Kawasan Bekas Keraton Kartasura secara administratif terletak di beberapa kampung di Wilayah Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Benteng Cepuri yang merupakan situs paling utuh berada di Kampung Krapyak.  Adapun batas-batas Benteng Cepuri di sebelah utara terdapat Kampung Sitinggil, di sebelah barat terdaapat Kampung Masjid dan Makam Gedong Obat, Sebelah Selatan masih Kampung Krapyak dan di sebelah Timur Kampung Keputren. 
Pada saat ini di Benteng Kartasura sebagai salah satu bekas keraton masih meninggalkan jejak-jejak arkeologis berupa sisa-sisa bangunan keraton yang masih bisa dijumpai saat ini antara lain Benteng Cepuri yang relatif masih utuh, beberapa struktur Benteng Baluwarti, sisa bangunan Gedong Miring, masjid  dan sumur tua. selain jejak arkeologis juga meninggalkan toponim nama nama kampung di sekitar Benteng Cepuri.
 

A.      Benteng Cepuri


Dari beberapa jejak jejak arkeologis yang ditinggalkan oleh bekas Keraton Mataram Kartasura, tinggal Benteng Cepuri yang relatif masih utuh. Luas Benteng Cepuri adalah +120 x 115 m2 dengan ketinggian + 3 – 4 m. Benteng dibangun dari susunan batu bata tanpa spesi (kosod).  Pada saat ini di sisi selatan, timur dan utara dibuat trotoar di samping benteng, guna mengurangi getaran dan menghindari ditrabrak kendaraan. Namun di sisi barat belum dilakukan pembangunan trotoar. 
Pada tahun 1742 keraton ini ditinggalkan karena telah rusak akibat Geger Pecinan. Sebuah keraton yang rusak dianggap sudah tidak
Di dalam Benteng Cepuri pada dari masa PB IX difungsikan sebagai makam Sedah Mirah, yaitu istri selir dari Sang Raja. Hal tersebut dilanjutkan masa pemerintahan PB X untuk makam selir-selir dan keluarga. Pada masa selanjutnya terdapat beberapa makam dari masyarakat sekitar dan tumbuh pemukiman di dalam Benteng Cepuri. 
Beberapa makam di dalam Benteng Cepuri, terutama Makam Sedah Mirah dianggap keramat, sehingga pada waktu-waktu tertentu sering dikunjungi beberapa peziarah. Guna kegiatan ziarah dan lain-lain, maka Pemerintah kabupaten mendirikan Pendopo di dalam kompleks makam. Kondisi benteng saat ini terdapat kerusakan baik itu akibat pengaruh alam maupun akibat ulah manusia. 
Kerusakan tersebut antara lain:
1. Akibat Perang Geger Pecinan
Tembok di sisi utara yang dijebol oleh Mas Gerendi / Sunan Kuning pada masa  Pemberontakan Geger Pecinan. Guna keamanan maka lobang tembok ditambal dengan susunan batu bata dengan spesi semen.

Lokasi tembok berada di sisi utara sebelah timur. Jebolan tembok ini semula merupakan gerbang menuju Keputren. Pada saat Perang Geger Pecinan, raja bermaksud melarikan diri melewati gerbang tersebut, namun karena tergesa-gesa maka pintu gerbang tersebut dijebol. Sama seperti jebolan tembok di atas, jebolan tembok ini juga ditambal dengan susunan batu bata berspesi semen.

2. Pergerakan tanah
Terdapat tembok yang melesak
 3. Rumput liar, lumut dan jamur
Rumput di atas tembok tidak bisa dibersihkan maksimal karena akar telah masuk di struktur tembok

Lumut dan jamur tumbuh di permukaan tembok

 4. Kerusakan akibat ulah manusia
Tembok runtuh dan digunakan untuk memanjat



B. Benteng Baluwerti. 
Selain tembok Benteng Cepuri yang mengelilingi Keraton, di luar masih ada lagi tembok besar mengelilingi kota, yang disebut Benteng Baluwerti. Benteng Baluwerti ini seharusnya mengelilingi keraton, namun pada saat pemantauan, pemantau hanya menemui struktur Benteng Baluwerti di 2 (dua) tempat, yaitu di + 100 m sisi barat Benteng Cepuri (Kampung Masjid/Gedong Obat) dan +500 m (dengan alat ukur speedometer) sisi tenggara Benteng Cepuri (di Kampung Gunung Kunci). Selain kedua tempat tersebut diperkirakan masih ada struktur Benteng Baluwerti lain. Ukuran benteng sisi barat berukuran tinggi + 3 m dan tebal kurang dari 1 m. Sementara benteng di Kampung Gunung Kunci (Sebelah Lapangan Gunung Kunci / Bekas Bale kambang) berukuran tinggi tidak lebih dari 1,5 m dan tebal + 70 cm. 
Dari ukuran jarak antara Benteng Baluwerti dan Benteng Cepuri di sisi barat dan sisi timur terdapat perbedaan. Hal ini karena di sisi tenggara terdapat Gunung Kunci dan kolam buatan yang diberi nama Bale Kambang. Perancang keraton memasukkan kedua titik tersebut berkaitan dengan konsep kosmogonis sebuah negara agar terdapat keseimbangan antara negara (keraton) dan alam. Oleh karena itu tata ruang Keraton Mataram Kartasura tidak simetris.

Kondisi Benteng Baluwerti lebih memprihatinkan daripada Benteng Cepuri. Struktur batu bata secara sekilas hampir tidak tampak. semua telah tertutup rumput dan tanaman liar atau bahkan tertutup tanah. 
Benteng sisi barat. Sisi luar Benteng Baluwerti di Kampung Gedong Obat (sisi barat) berbatasan langsung dengan jalan, sehingga terdapat getaran atau tertabrak yang bisa mengganggu keutuhan susunan batu bata.

Benteng Baluwerti di sisi tenggara
 
C. Masjid
Masjid Hastana Karaton Kartasura berada di dalam Benteng Cepuri. Namun masjid ini bukan masjid keraton masa Keraton Mataram Kartasura, melainkan masjid yang dibangun oleh Sunan PB X di masa selanjutnya. Kondisi bangunan terawat dengan baik oleh takmir masjid

D.