Benteng Kartasura merupakan salah satu bekas
ibukota Kerajaan Mataram Islam. Bangunan ini berdiri pada tahun 1680 atas
perintah Sunan Amangkurat II setelah Istana Pleret rusak akibat Pemberontakan
Tronojoyo. Wilayah Wanakerta menjadi pilihan untuk mendirikan keraton baru
karena dipandang strategis. Keraton Kartasura berfungsi sebagai ibukota
Kerajaan hingga tahun 1742 karena bangunan kerajaan hancur akibat Pemberontakan
Geger Pecinan dan harus pindah ke Sala.
Kondisi Benteng Kartasura pada saat ini
dimanfaatkan sebagai makam selir PB IX, selir PB X dan keluarga kerajaan lain.
Sementara sisa-sisa bangunan keraton yang masih bisa dijumpai saat ini antara
lain Benteng Cepuri yang relatif masih utuh, beberapa struktur Benteng
Baluwarti, sisa bangunan Gedong Miring dan sumur tua.
Kawasan Bekas Keraton Kartasura secara
administratif terletak di beberapa kampung di Wilayah Kelurahan Kartasura,
Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Benteng Cepuri yang merupakan situs
paling utuh berada di Kampung Krapyak.
Adapun batas-batas Benteng Cepuri di sebelah utara terdapat Kampung
Sitinggil, di sebelah barat terdaapat Kampung Masjid dan Makam Gedong Obat,
Sebelah Selatan masih Kampung Krapyak dan di sebelah Timur Kampung
Keputren.
Pada saat ini di Benteng Kartasura sebagai
salah satu bekas keraton masih meninggalkan jejak-jejak arkeologis berupa
sisa-sisa bangunan keraton yang masih bisa dijumpai saat ini antara lain
Benteng Cepuri yang relatif masih utuh, beberapa struktur Benteng Baluwarti,
sisa bangunan Gedong Miring, masjid dan
sumur tua. selain jejak arkeologis juga meninggalkan toponim nama nama kampung
di sekitar Benteng Cepuri.
A. Benteng Cepuri
Dari beberapa jejak jejak arkeologis yang
ditinggalkan oleh bekas Keraton Mataram Kartasura, tinggal Benteng Cepuri yang
relatif masih utuh. Luas Benteng Cepuri adalah +120 x 115 m2
dengan ketinggian + 3 – 4 m. Benteng dibangun dari susunan batu bata
tanpa spesi (kosod). Pada saat ini di sisi selatan, timur dan
utara dibuat trotoar di samping benteng, guna mengurangi getaran dan
menghindari ditrabrak kendaraan. Namun di sisi barat belum dilakukan
pembangunan trotoar.
Pada tahun 1742 keraton ini ditinggalkan karena telah rusak akibat Geger Pecinan. Sebuah keraton yang rusak dianggap sudah tidak
Di dalam Benteng Cepuri pada dari masa PB IX
difungsikan sebagai makam Sedah Mirah, yaitu istri selir dari Sang Raja. Hal
tersebut dilanjutkan masa pemerintahan PB X untuk makam selir-selir dan
keluarga. Pada masa selanjutnya terdapat beberapa makam dari masyarakat sekitar
dan tumbuh pemukiman di dalam Benteng Cepuri.
Beberapa makam di dalam Benteng Cepuri,
terutama Makam Sedah Mirah dianggap keramat, sehingga pada waktu-waktu tertentu
sering dikunjungi beberapa peziarah. Guna kegiatan ziarah dan lain-lain, maka
Pemerintah kabupaten mendirikan Pendopo di dalam kompleks makam. Kondisi benteng saat ini terdapat kerusakan
baik itu akibat pengaruh alam maupun akibat ulah manusia.
Kerusakan tersebut antara lain:
1. Akibat Perang Geger Pecinan
2. Pergerakan tanah
![]() |
Tembok di sisi utara yang dijebol oleh Mas Gerendi / Sunan Kuning pada masa Pemberontakan Geger Pecinan. Guna keamanan maka lobang tembok ditambal dengan susunan batu bata dengan spesi semen. |
2. Pergerakan tanah
![]() |
Terdapat tembok yang melesak |
3. Rumput liar, lumut dan jamur
![]() |
Rumput di atas tembok tidak bisa dibersihkan maksimal karena akar telah masuk di struktur tembok |
![]() |
Lumut dan jamur tumbuh di permukaan tembok |
4. Kerusakan akibat ulah manusia
![]() |
Tembok runtuh dan digunakan untuk memanjat |
![]() | |
B. Benteng Baluwerti.
Selain tembok Benteng Cepuri yang mengelilingi Keraton, di luar masih ada lagi
tembok besar mengelilingi kota, yang disebut Benteng Baluwerti. Benteng Baluwerti ini seharusnya mengelilingi
keraton, namun pada saat pemantauan, pemantau hanya menemui struktur Benteng
Baluwerti di 2 (dua) tempat, yaitu di + 100 m sisi barat Benteng Cepuri
(Kampung Masjid/Gedong Obat) dan +500 m (dengan alat ukur speedometer)
sisi tenggara Benteng Cepuri (di Kampung Gunung Kunci). Selain kedua tempat
tersebut diperkirakan masih ada struktur Benteng Baluwerti lain. Ukuran benteng
sisi barat berukuran tinggi + 3 m dan tebal kurang dari 1 m. Sementara
benteng di Kampung Gunung Kunci (Sebelah Lapangan Gunung Kunci / Bekas Bale
kambang) berukuran tinggi tidak lebih dari 1,5 m dan tebal + 70 cm.
Dari ukuran jarak antara Benteng
Baluwerti dan Benteng Cepuri di sisi barat dan sisi timur terdapat perbedaan.
Hal ini karena di sisi tenggara terdapat Gunung Kunci dan kolam buatan yang
diberi nama Bale Kambang. Perancang keraton memasukkan kedua titik tersebut
berkaitan dengan konsep kosmogonis sebuah negara agar terdapat keseimbangan
antara negara (keraton) dan alam. Oleh karena itu tata ruang Keraton Mataram
Kartasura tidak simetris.
Kondisi Benteng Baluwerti lebih
memprihatinkan daripada Benteng Cepuri. Struktur batu bata secara sekilas
hampir tidak tampak. semua telah tertutup rumput dan tanaman liar atau bahkan
tertutup tanah.
![]() |
Benteng Baluwerti di sisi tenggara |
C. Masjid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar