Rabu, 08 Agustus 2012

Candi Sojiwan

1. TEKNO ARKEOLOGI
Tahap-tahap yang dilakukan meliputi:
a. Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan cara menghitung volume batu yang akan dibongkar, batu yang runtuh dan batu yang hilang dan harus dicari atau diganti.
Persiapan ini sangat penting karena bertujuan untuk mengetahui anggaran, tenaga dan sarana prasarana yang diperlukan nantinya.

b. Perencanaan
Tahap ini dilakukan dengan cara membuat rencana konstruksi yang nantinya akan menjadi acuan.

c. Pembongkaran
Pembongkaran candi Sojiwan dimulai pada tahun 1996 dan selesai pada tahun 2002. Dari proses pembongkaran tersebut diketahui bahwa candi Sojiwan tersusun dari batu hitam dan isian yang terbuat dari susunan batu putih.
Sementara dinding bilik dalam telah mangalami penambahan / perubahan karena terdapat tahapan pembangunan I dan II. Penambahan tersebut dimulai dari lantai bilik setinggi 8 lapis.
Diketahui pula penghubung batu satu dengan batu lain ada 3 macam, yaitu:
- Pen lepas batu gundul
- Pen lepas batu persegi
- Pen lepas batu ekor burung
Batu bagian pondasi lebih kecil daripada bagian tubuh
Didapati bat kulit bagian dalam ternyata berukuran bareh 1 baris. Kondisi semacam ini secara konstruksi kurang kuat sehingga mudah runtuh jika terjadi gempa.
Pada saat proses pembongkaran, batu diregistrasi dengan memberi kode-kode tertentu sehingga batu-batu candi akan mudah dikembalikan sesuai posisi semula.

Sistem Registrasi

A. Bagian Bangunan
K = Kaki
L = Lantai
T = Tangga
H = Tubuh
A = Atap
Z = Singgasana
∆ = Cungkup
= Bilik
J = Jendela
P = Pintu
G = Gapura
B. Kode Sisi
1. Sisi Barat
2. Sisi Utara
3. Sisi Timur
4. Sisi Selatan

Kode Penulisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
l Ⱶ _ ┴ V ═ 7 x ^ ┼

D. Contoh
_
K . 1 . + . ─ ┴
K . 1 . + . ─

K = Kaki
1 = Sisi Barat
┼ = lapis ke 3
┴ = nomor urut berikutnya



d. Penelitian
Setelah pembongkaran selesai dilakukan ekskavasi penelitian di tiap sudut. Dari penelitian tersebut belum ditemukan kotak peripih. Namun di as candi ditemukan kotak peripih pada kedalaman 6,80 M dengan ukuran 42 x 56 cm 2. Kotak peripih tersebut terbuat dari batu putih. Saat ditemukan sudah dalam keadaan terbuka tanpa ada isinya.
Candi Sojiwan tidak terdapat saluran air
Kegiatan proyek pemugaran Candi Sojiwan tahap V pada tahun 2011. Dalam pengupasan tanah menemukan dua deret perwara stupa.
- Pagar I utara berjarak 15 meter dari candi induk
Pondasi pagar 1,20 meter
Tubuh pagar 0,90 meter
- Perwara stupa 4,00 x 4,00 meter
Dari pagar I 1,5 meter dan 3 meter dari pagar II
- Jarak perwara yang satu dengan yang lain 1,50 meter
- Sementara ini baru ditemukan 16 perwara

e. Rekonstruksi
Mulai penyusunan batu pada tahun 2003, diawali dengan:
1) Pergeseran tanah dengan menggunakan
2) Pembuatan lantai kerja dengan pondasi cakar ayam setebal 20 cm dan menggunakan besi berdiameter 16 – 20
3) Mulai memasang batu pondasi
4) Dalam mengaitkan batu satu dengan yang lain ditambah hak.
5) Untuk selasar diberi plat dan balk berukuran 40 x 40
Pemugaran Candi Sojiwan direncanakan akan selesai pada tahun 2008, namun bencana gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 mengakibatkan bangunan candi runtuh pada saat pemugaran sudah mencapai tubuh candi. Maka atas saran dari UNESCO, tubuh candi harus dibongkar lagi, sedangkan kaki candi tetap pada susunan semula.
Tindakan penyelamatan dari hasil evaluasi tim ahli pemugaran pasca gempa 2006 merekomendasikan melakukan pembongkaran kembali bangunan candi dan dalam pemasangannya kembali tidak menggunakan kolom. Kemudian batu isian candi yang semula menggunakan batu putih, pada bagian – bagian tertentu menggunakan batu andesit yang diperkuat dengan angkur besi. Nat – nat antar batu isian diisi dengan hidrolik mortar (saran tim ahli UNESCO) yaitu campuran lokal 1 Kapur : 1 Semen Merah : 2 Pasir. Untuk bagian tertentu dimana terdapat gaya tarik, isian nat antar batu menggunakan bligon yaitu hidrolik mortal ditambah sedikit semen.

- Batu pecah ditambal
- Batu yang hilang ditambal
- Batu yang putus disambung menggunakan angkur
- Batu yang kedap air pada bagian kulit dioles dengan shekoth



Tidak ada komentar: