Rabu, 08 Agustus 2012

teori masuknya hindu buddha


BAB 1 PERKEMBANGAN HINDU BUDHA DI INDONESIA
  1. Percampuran antara kepercayaan Bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida disebut kebudayaan ….
    1. Shindu
    2. Hindu
    3. Hindi
    4. Arya
    5. India Baru
  1. Agama Hindu merupakan Sinkretisme budaya …..
    1. Arya – Kaukakus
    2. Dravida – Melayu
    3. Arya – Dravida
    4. Dravida – Mongolia
    5. Kaukakus – Mongolia
  1. Agama Hindu berkembang pertama kali di Negara ….
    1. Cina
    2. India
    3. Arab
    4. Persia
    5. Mesir
  1. Bagian dari Kitab Weda yang berisi doa-doa dalam upacara agama disebut ….
    1. Samaweda
    2. Jayur weda
    3. Reg weda
    4. Atharwa weda
    5. Upanisyad
  1. Kitab suci Upanisyat berisi tentang ……
    1. Hidup di dunia merupakan suatu kesengsaraan
    2. Cara-cara menghindarkan diri dari samsara
    3. Tafsir-tafsir kitab Weda
    4. Rasa kepercayaan terhadap Agama
    5. Cara-cara menjaga kemurnian dari Kitab.
  1. Proses masuknya pengaruh India ke Indonesia sering disebut Penghinduan, sebab …
    1. Kebudayaan India ke Indonesia dibawa oleh kamum Brahmana
    2. Masyarakat Indonesia banyak yang beragama Hindu
    3. Kebudayaan yang masuk ke Indonesia terpengaruh Agama Hindu
    4. Agama Hindu langsung diterima oleh masyarakat Indonesia
    5. Hindu dijadikan sebagai agama Negara di India
  1. Bangsa Hindustan adalah ……
    1. Campuran bangsa Arya dan Dravida
    2. Orang-orang Dravida
    3. Orang-orang Arya
    4. Campuran bangsa India
    5. Orang-orang yang mempelopori agama Hindu
  1. Upacara asmaweda adalah ….
    1. Upacara pengangkatan seorang raja
    2. Upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas wilayah
    3. Upacara wafatnya raja
    4. Kelahiran putra mahkota
    5. Upacara tolak bala
  1. Bukti pengaruh India mulai masuk ke Indonesia pada abad ke 2 M yakni dengan ditemukannya patung Budha bergaya Amarawati di …..
    1. Bukit Siguntang
    2. Pacitan
    3. Muara Takus
    4. Sampaga
    5. Kota Bangun
  1. Bukti masuknya Agama Budha ke Indonesia pada abad 5 Masehi adalah ….
    1. Adanya pedagang yang suka merantau
    2. Temuan prasasti Kutai
    3. Berdirinya bangunan Borobudur yang megah
    4. Temuan patung asmarawati di Sulawesi Tengah
    5. Berdirinya bangunan Candi Prambanan yang megah
  1. Teori yang menyatakan bahwa proses Hinduisasi di Indonesia karena adanya kolonisasi oleh orang India disebut dengan ….
    1. Hipotesis Brahmana
    2. Hipotesis Waisya
    3. Hipotesis Ksatria
    4. Hipotesis Sudra
    5. Hipotesis Arus Balik
  1. Teori yang menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang buangan adalah teori …
    1. Waisya
    2. Sudra
    3. Brahmana
    4. Ksatria
    5. Dharmaduta
  1. Dengan masuknya agama Hindu ke dalam masyarakat Indonesia, maka system pemerintahan menjadi …..
    1. Egaliter
    2. Absolute
    3. Monarkhi
    4. Feodalistik
    5. Demokratis
  1. Salah satu bukti bahwa pengaruh Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para Brahmana adalah ….
    1. Banyak didirikan tempat ibadah dan asrama bagi para brahmana
    2. Banyak upacara sesaji untuk memuja para dewa
    3. Brahmana mempunyai status social yang tinggi di masyarakat
    4. Masyarakat menaruh hormat yang tinggi kepada para Brahmana
    5. Ditemukan prasasti Indonesia yang pertama berbahasa Sanskerta
  1. Teori Ksatria memuat penaklukan / ekspansi atas Indonesia, maka teori ini disebut juga …..
    1. Imperialisme
    2. Kolonialisma
    3. Kapitalisme
    4. Urbanisasi
    5. Ekspansi
  1. Teori Ksatria menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu di Indonesia disebabkan agama Hindu di Indonesia disebabkan oleh ..
    1. Terjadinya kekacauan politik di India
    2. Memenuhi undangan kepala suku
    3. Para pedagang yang berdagang saling menyebarkan agama Hindu
    4. Banyak ksatria yang terbuang karena kesalahan
    5. Kaum yang meninggalkan Negara untuk memperbaiki
  1. Teori yang menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu di Indonesia dilakukan oleh para pedagang adalah teori …..
    1. Brahmana
    2. Sudra
    3. Waisya
    4. Ksatria
    5. Dharmaduta
  1. Dalam ajaran Hindu, kepercayaan tentang adanya reinkarnasi disebut dengan …..
    1. Panca Cradha
    2. Atman
    3. Karmaphala
    4. Puharbhawa
    5. Moksa
  1. Kitab suci Weda yang berisi mantra-mantra untuk mengobati orang sakit adalah kitab …..
    1. Atharwa Weda
    2. Catur Weda
    3. Sama weda
    4. Reg Weda
    5. Jayur Weda
  1. Upacara yang bertujuan untuk roh ghaib, setan dalam agama Hindu disebut dengan ….
    1. Dewa Yatnya
    2. Pitra Nyatnya
    3. Manusia Yadnya
    4. Resi Yadnya
    5. Bhuta Yadnya
  1. Di Candi Borobudur, terdapat Arca Buddha dalam enam jenis yang berbeda , salah satunya adalah adalah sikap bhumi sparsa mudra yang artinya ….
    1. Bersemedi
    2. Mengusir ketakutan
    3. Sikap penakhluk khayal
    4. Sikap amal
    5. Pembero khotbah
  1. Ajaran Budha Hinayana berpendapat
    1. Dalam mencapai nirwana tiap-tiap orang wajib berusaha sendiri
    2. Dalam mencapai nirwana manusia berusaha bersama
    3. Dalam mencapai nirwana, sebaiknya manusia berusaha bersama
    4. Ajarannya merupakan hasil perkembangan dari sang Budha
    5. Dalam mencapai nirwana sebaiknya manusia mengikuti sang Budha.
  1. Istilah candi berasal dari salah satu nama dewa Hindu, yaitu …..
    1. Wisnu
    2. Varuna
    3. Dewa bumi
    4. Dewa matahari
    5. Dewa laut
  1. Dewa wisnu mempunyai kedudukan sebagai …..
    1. Penghancur kehidupan
    2. Penjaga kehidupan
    3. Dewa bumi
    4. Dewa matahari
    5. Dewa laut
  1. Teori yang menyatakan bahwa agama Hindu dibawa oleh Brahmana adalah teori yang dikemukakan oleh ….
    1. Majundar
    2. Van Leur
    3. Moekerji
    4. Nehru
    5. Gillin
  1. Krom berpendapat bahwa pembawa agama Hindu adalah ….
    1. Pendeta
    2. Golongan Ksatria
    3. Para Pedagang
    4. Golongan Sudra
    5. Orang-orang buangan
  1. Majundar mengemukakan teori bahwa agama Hindu dibawa oleh ….
    1. Orang-orang yang berdagang di Indonesia
    2. Para Sudra yang dibawa oleh para pedagang
    3. Para prajurit yang menjajah
    4. Golongan brahmana
    5. Orang-orang buangan
  1. Masuknya budaya India ke Indonesia ……..
    1. Tidak membuat kebudayaan Indonesia kehilangan kepribadiannya
    2. Membuat kebudayaan Indonesia menghilang
    3. Kepribadian Indonesia menghilang
    4. Menimbulkan pertentangan kebudayaan
    5. Tidak ada pengaruhnya
  1. Penyebaran Agama Buddha ke luar India diantaranya didorong oleh ….
    1. Perintah penyebaran oleh raja
    2. Tidak adanya system kasta
    3. Penyebaran oleh Sidarta Gatama
    4. Sifat terbuka Agama Buddha
    5. Adanya ekspansi agama-agama Buddha
  1. Seseorang yang mau menganut agama Buddha diwajibkan mengucapkan ….
    1. Metta
    2. Mudita
    3. Karuna
    4. Tri Dharma
    5. Upekha
  1. Keahlian bangsa Indonesia untuk memilih dan menyeleksi pengaruh budaya asing yang masuk disebut ….
    1. Life skill
    2. Genius skill
    3. Local skill
    4. Lokal genius
    5. Primus inter pares
  1. Laki-laki yang hidup mengasingkan diri dalam agama Buddha disebut …..
    1. Bhiksuni
    2. Bhodi
    3. Brahmana
    4. Bhiksu
    5. pendeta
  2. Akuluturasi budaya Hindu Buddha dengan budaya asli Indonesia pada bidang bangunan nampak pada bangunan candi yang merupakan perkembangan dari ....
    1. Peti kubur batu
    2. Punden berundak
    3. Menhir
    4. Kjukken moddinger
    5. Sarcophagus
  1. Di dalam candi Hindu di Indonesia terutama yang ada di Jawa Tengah terdapat pripih. Pripih adalah ….
    1. Abu jenazah raja yang ditanam di dalam candi
    2. Tempat untuk meletakkan patung dewa di ruang utama candi
    3. Harta benda yang dimiliki oleh raja semasa masih hidup ditanam di candi
    4. Benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib yang ditempatkan di dalam candi
    5. Banda-benda yang dianggap sebagai lambang jasmaniah raja
  1. Di bawah ini yang bukan merupakan candi Hindu, yaitu ....
    1. Candi Cangkuang
    2. Candi Pawon
    3. Candi Dieng
    4. Gedong songo
    5. Prambanan
  1. Patung Buddha Gadhara ditemukan di ...
    1. Sulawesi Selatan
    2. Sumatra Selatan
    3. Jember
    4. Kutai
    5. Jawa Barat
  2. Pemilihan pemimpin berdasarkan kecakapan yang dimilki disebut ....
    1. Silpasastra
    2. Kultus Dewa Raja
    3. Primis Interpares
    4. Asmaweda
    5. Penobatan raja
  3. Patung Budha yang bertipekan India Selatan adalah .....
    1. Amarawati
    2. Gandhara
    3. Ganesha
    4. Patung Budha
    5. Patung Wisnu
  4. Akulturasi Indonesia dan Hindu di bidang kalender adalah ....
    1. Astronomi
    2. Candra sengkala
    3. Tahun hijriyah
    4. Lunar System
    5. Tahun saka
  5. Kitab mahabarata ditulis oleh ....
    1. Mpu Walmiki
    2. Mpu Prapanca
    3. Mpu Tantular
    4. Mpu Gandring
    5. Mpu Wiyasa

PERAN BANGSA CINA DALAM KEMERDEKAAN INDONESIA


John Lie adalah sosok legendaris dalam organisasi penyelundup senjata yang terentang dari Filipina sampai India. Jaringan ini punya kantor rahasia di Manila, Singapura, Penang, Bangkok, Rangon dan New Delhi.

Untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia yang masih sangat muda, kepemilikan senjata api adalah hal mutlak. Bahkan dalam perjanjian gencatan senjata Agresi Militer Belanda I, Perdana Menteri Hatta menegaskan bahwa gencatan senjata tidak termasuk impor dan ekspor senjata oleh Republik.

Belanda tetap memberlakukan blokade terhadap Indonesia dalam rangka menghalangi kemerdekaan bekas jajahannya. Menyiasatinya, senjata diperjualbelikan dengan menembus blokade Belanda itu. Dari sanalah karier penyelundup John Lie mencapai puncaknya. Meskipun Republik muda itu tak punya dana, Lie berhasil mendapatkan senjata dengan cara barter dengan hasil bumi.

Menurut buku “The Indonesian Revolution and The Singaporean Connection”, harga senjata bervariasi. Tahun 1948, penyelundup menjual dua karabin dan ribuan magasin dengan bayaran satu ton teh. Satu senapan mesin dan ribuan magasin dihargai 2,5 ton teh, enam ton teh bisa digunakan untuk membeli enam senjata anti pesawat udara beserta ribuan magasinnya.

John Lie adalah legenda. Menurut laporan majalah Life yang terbit pada 26 September 1949, kapal Lie yang panjangnya 110 kaki (34 meter) selalu lolos dari patroli Belanda. Mengingat kapal itu tak dilengkapi senjata, meloloskan diri bukan perkara mudah. Kapal kerap dikejar sepanjang Selat Malaka, tak jarang dibombardir dengan peluru dan bom. Empat kapal lain yang sejenis telah dihancurkan Belanda.

Kapten Lie yang saat itu berusia 39 tahun, punya siasat. Kapal hitam dengan nomor registrasi PPB 58 LB itu disembunyikannya di teluk-teluk kecil sepanjang Sumatera dengan ditutupi dedaunan. Lie dan krunya lalu menunggu dalam diam hingga kapal dan pesawat Belanda menghentikan pencariannya.

Lie bergerak dengan bantuan belasan krunya, semuanya anak muda dengan usia rata-rata 21 tahun. Mereka bekerja tanpa dibayar demi patriotisme kepada Republik Indonesia. Mereka bolak -balik membeli senjata, dan menukarnya dengan hasil bumi, seperti teh, karet dan kopi.

John Lie adalah penganut Kristen yang taat. Dalam misinya dia selalu membawa dua Injil. Satu berbahasa Inggris dan satu Belanda. Meski demikian dia tak pilih-pilih; sering juga dia memasok senjata bagi para pejuang Muslim di Aceh.

Kepada wartawan majalah Life, Roy Rowan, Lie menyatakan sumpahnya "menjalankan kapal ini untuk Tuhan, negara dan kemanusiaan." Cita-citanya hanya satu: mengubah Indonesia yang saat itu adalah hutan belantara, menjadi taman surga. Menurutnya, tugas mengubah Indonesia menjadi surga adalah takdir Tuhan untuknya.

Pada Desember 1966 Lie mengakhiri kariernya di TNI Angkatan Laut dengan pangkat terakhir Laksamana Muda. Sebelum itu, pada Agustus 1966 dia mengganti nama menjadi Jahja Daniel Dharma. Lie meninggal karena sakit pada 27 Agustus 1988.

Tahun 2009, 21 tahun setelah kematiannya, John Lie dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Gelar pahlawan nasional pertama bagi pejuang keturunan Cina.

Candi Sojiwan

1. TEKNO ARKEOLOGI
Tahap-tahap yang dilakukan meliputi:
a. Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan cara menghitung volume batu yang akan dibongkar, batu yang runtuh dan batu yang hilang dan harus dicari atau diganti.
Persiapan ini sangat penting karena bertujuan untuk mengetahui anggaran, tenaga dan sarana prasarana yang diperlukan nantinya.

b. Perencanaan
Tahap ini dilakukan dengan cara membuat rencana konstruksi yang nantinya akan menjadi acuan.

c. Pembongkaran
Pembongkaran candi Sojiwan dimulai pada tahun 1996 dan selesai pada tahun 2002. Dari proses pembongkaran tersebut diketahui bahwa candi Sojiwan tersusun dari batu hitam dan isian yang terbuat dari susunan batu putih.
Sementara dinding bilik dalam telah mangalami penambahan / perubahan karena terdapat tahapan pembangunan I dan II. Penambahan tersebut dimulai dari lantai bilik setinggi 8 lapis.
Diketahui pula penghubung batu satu dengan batu lain ada 3 macam, yaitu:
- Pen lepas batu gundul
- Pen lepas batu persegi
- Pen lepas batu ekor burung
Batu bagian pondasi lebih kecil daripada bagian tubuh
Didapati bat kulit bagian dalam ternyata berukuran bareh 1 baris. Kondisi semacam ini secara konstruksi kurang kuat sehingga mudah runtuh jika terjadi gempa.
Pada saat proses pembongkaran, batu diregistrasi dengan memberi kode-kode tertentu sehingga batu-batu candi akan mudah dikembalikan sesuai posisi semula.

Sistem Registrasi

A. Bagian Bangunan
K = Kaki
L = Lantai
T = Tangga
H = Tubuh
A = Atap
Z = Singgasana
∆ = Cungkup
= Bilik
J = Jendela
P = Pintu
G = Gapura
B. Kode Sisi
1. Sisi Barat
2. Sisi Utara
3. Sisi Timur
4. Sisi Selatan

Kode Penulisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
l Ⱶ _ ┴ V ═ 7 x ^ ┼

D. Contoh
_
K . 1 . + . ─ ┴
K . 1 . + . ─

K = Kaki
1 = Sisi Barat
┼ = lapis ke 3
┴ = nomor urut berikutnya



d. Penelitian
Setelah pembongkaran selesai dilakukan ekskavasi penelitian di tiap sudut. Dari penelitian tersebut belum ditemukan kotak peripih. Namun di as candi ditemukan kotak peripih pada kedalaman 6,80 M dengan ukuran 42 x 56 cm 2. Kotak peripih tersebut terbuat dari batu putih. Saat ditemukan sudah dalam keadaan terbuka tanpa ada isinya.
Candi Sojiwan tidak terdapat saluran air
Kegiatan proyek pemugaran Candi Sojiwan tahap V pada tahun 2011. Dalam pengupasan tanah menemukan dua deret perwara stupa.
- Pagar I utara berjarak 15 meter dari candi induk
Pondasi pagar 1,20 meter
Tubuh pagar 0,90 meter
- Perwara stupa 4,00 x 4,00 meter
Dari pagar I 1,5 meter dan 3 meter dari pagar II
- Jarak perwara yang satu dengan yang lain 1,50 meter
- Sementara ini baru ditemukan 16 perwara

e. Rekonstruksi
Mulai penyusunan batu pada tahun 2003, diawali dengan:
1) Pergeseran tanah dengan menggunakan
2) Pembuatan lantai kerja dengan pondasi cakar ayam setebal 20 cm dan menggunakan besi berdiameter 16 – 20
3) Mulai memasang batu pondasi
4) Dalam mengaitkan batu satu dengan yang lain ditambah hak.
5) Untuk selasar diberi plat dan balk berukuran 40 x 40
Pemugaran Candi Sojiwan direncanakan akan selesai pada tahun 2008, namun bencana gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 mengakibatkan bangunan candi runtuh pada saat pemugaran sudah mencapai tubuh candi. Maka atas saran dari UNESCO, tubuh candi harus dibongkar lagi, sedangkan kaki candi tetap pada susunan semula.
Tindakan penyelamatan dari hasil evaluasi tim ahli pemugaran pasca gempa 2006 merekomendasikan melakukan pembongkaran kembali bangunan candi dan dalam pemasangannya kembali tidak menggunakan kolom. Kemudian batu isian candi yang semula menggunakan batu putih, pada bagian – bagian tertentu menggunakan batu andesit yang diperkuat dengan angkur besi. Nat – nat antar batu isian diisi dengan hidrolik mortar (saran tim ahli UNESCO) yaitu campuran lokal 1 Kapur : 1 Semen Merah : 2 Pasir. Untuk bagian tertentu dimana terdapat gaya tarik, isian nat antar batu menggunakan bligon yaitu hidrolik mortal ditambah sedikit semen.

- Batu pecah ditambal
- Batu yang hilang ditambal
- Batu yang putus disambung menggunakan angkur
- Batu yang kedap air pada bagian kulit dioles dengan shekoth



SEJARAH KABUPATEN WONOGIRI Sejarah lahirnya pemerintahan di Wonogiri tidak terlepas dari peran Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyowo. Demikian pula mythos ataupun legenda di Wonogiri juga lebih banyak berlatar belakang perjuangan Pangeran Sambernyowo. Namun wilayah Wonogiri telah terdapat kebudayaan yang berkembang pada masa-masa sebelumnya. A. MASA PRA SEJARAH Berdasar dari hasil inventarisasi, terdapat berbagai bukti temuan artefact di beberapa goa di Kabupaten Wonogiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di wilayah Kabupaten Wonogiri pernah menjadi peradaban pada masa pra sejarah. B. MASA KLASIK Dari hasil inventarisasi terdapat Candi Bendo Kasur. Namun dari temuan ini belum menggambarkan aliran agama. Hal tersebut dikarenakan kondisi candi yang sudah aus dan tinggal pondasi. Selain Candi, hasil inventarisasi juga menemukan patung lingga. Berdasar patung lingga tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada masa Klasik, di daerah Wonogiri berkembang agama Hindu, sedangkan Agama Buddha belum terdapat bukti lengkap untuk mengungkapkan. C. MASA ISLAM a. Masa Kerajaan Demak Sejarah Wonogiri pada masa Islam muncul pada masa Kerajaan Demak. Pada tahun 1478 M merupakan pergantian Kadipaten Bintaro menjadi sebuah kasultanan yang bernama Kasultanan Demak Bintoro. Sejak Kerajaan Majapahit runtuh, maka banyak kadipaten-kadipaten kecil yang semula merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit akhirnya bergabung dengan Kasultanan Demak. Seiring dengan berdirinya Kasultanan Demak, Raden Patah sebagai pemegang tampuk kepemimpinan menitahkan untuk membangun sebuah Masjid Agung yang digunakan untuk beribadah dan tempat pertemuan / silaturahmi. Dari sumber tradisional yang berupa cerita babad maupun legenda diketahui bahwa Masjid Agung Demak sangat berperan dalan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Pulau Jawa, bahkan pengaruhnya terasa sampai di luar Pulau Jawa seperti Malaysia. Konon Masjid Agung Demak ini dibuat oleh para Wali yang tergabung dalam Wali Songo dan digunakan untuk tempat pertemuan saat membicarakan soal-soal keagamaan dan masalah Islam lainnya. Cerita legenda yang bersifat simbolis mengisahkan bahwa Masjid Agung Demak dibuat oleh para Wali dalam 1 (satu) malam. Keempat saka guru Masjid Agung Demak merupakan sumbangan dari 4 (empat) wali yaitu Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga. Sedangkan saka berukir yang dipasang di serambi masjid dipercaya berasak dari Kerajaan Majapahit dan disebut “Saka Majapahit”. Sehubungan dengan hal tersebut, Kabupaten Wonogiri memiliki peran yang sangat penting. Seperti wali yang lainnya, Sunan Giri segera melaksanakan tugasnya untuk mencari kayu jati. Beliau mencari kayu jati ke arah selatan menyusuri Sungai Bengawan Solo. Dikisahkan sepanjang perjalanan selalu melewati hutan dan gunung. Sampailah perjalanan Sunan Giri di sebuah hutan di sebuah gunung yang penuh dengan Pohon Jati. Melalui ijin dari Ki Donosari si pemilik hutan tersebut, Sunan Giri memilih pohon jati yang sangat tua yang tinggi, besar dan lurus. Untuk memudahkan cara pengangkutan kayu jati tersebut dihanyutkan melalui Sungai Kedawung yang bermuara di Sungai Bengawan Solo. Di sini terdapat cerita legenda bahwa saat mengangkut kayu ke sungai Kedawung, Ki Donosari memerintahkan sinden untuk naik di atas kayu dan melantunkan tembang mocopat. Anehnya, kayu terasa lebih ringan dan mudah dibawa. Sesampainya di Sungai Kedawung, Sunan Giri memberi nama daerah tersebut “Wonogiri”, karena sepanjang jalan yang dilihatnya hanya hutan dan gunung. Dalam perjalanannya Sunan Giri melewati sebuah gunung. Di sana menemui orang yang selalu membuntuti dari Bintaro. Maka Sunan Giri memerintahkan untuk menunggui daerah tersebut dan memberi nama daerah tersebut “Gunung Giri” yang berarti bukit kecil yang ditumbuhi pohon jati. Pada masa Kerajaan Mataram Islam di daerah ini didirikan astana para kerabat keraton. b. Masa Kerajaan Mataram (Kartasura) Perkembangan organisasi pemerintahan pada masa Islam di Wonogiri dimulai di Nglaroh, salah satu daerah yang pada masa sekarang masuk dalam wilayah Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Berdasar pada temuan watu gilang yang konon merupakan tempat duduk Pangeran Samber Nyawa atau Raden Mas Said. Tempat tersebut juga dipercaya sebagai lahirnya pemerintahan di Wonogiri. Raden Mas Said adalah salah satu pangeran dari Kerajaan Mataram (Kartasura) yang mengasingkan diri karena ketidakadilan di dalam keraton. Raden Mas Said lahir di Kartasuro pada hari Minggu Legi, tanggal 4 Ruwah 1650 tahun Jimakir, Windu Adi Wuku Wariagung, atau bertepatan dengan tanggal Masehi 8 April 1725. Raden Mas Said merupakan putra dari Kanjeng Pangeran Aryo Mangkunegoro dan Raden Ayu Wulan yang wafat saat melahirkannya. Sementara itu saat usia 2 tahun sudah ditinggal ayahnya Pangeran Ario Mangkunegoro, Salah satu raja Mataram (Kartasura) karena diasingkan oleh pemerintah Belanda di bawah perintah Kapitan Van Hogendorff di Cailon (Srilanka) dalam rangka memecah belah persatuan di tubuh keraton dan digantikan oleh PB II. Hal itu karena ulah keji berupa fitnah dari Kanjeng Ratu dan Patih Danurejo. Akibatnya, Raden Mas Said mengalami masa kecil yang jauh dari selayaknya seorang bangsawan Keraton. Raden Mas Said menghabiskan masa kecil bersama anak-anak para abdi dalem lainnya, sehingga mengerti betul bagaimana kehidupan kawula alit. Di lain pihak, RM Said merupakan cucu dari Mas Sumarsono (istri PB II) yang berasal dari Nglaroh, Wonogiri. Pada usia 13 tahun, RM. Said diberi jabatan sebagai Manteri Anom dengan sebutan RM. Suryokusumo, sejajar dengan Abdi Dalem Menteri. Perlakuan ini dianggap semena-mena, karena RM. Said seharusnya menjadi Pangeran Sentana. Sehingga RM. Said tidak menyukai sikap PB II yang selalu tunduk kepada aturan Belanda . Hingga pada hari Rabu Kliwon, tanggal 3 Rabiulawal (Mulud) Windu Sengara, 1666 Tahun Jawa atau tanggal 19 Mei 1741 M, RM. Said yang didampingi neneknya BRA. Kusumonarso beserta pengikutnya meninggalkan istana menuju Dusun Nglaroh, Wonogiri guna menyusun kekuatan melawan pasukan Kapitan Van Hogendorff (bukan PB II). Hari yang sama rombongan telah sampai tujuan dan langsung membangun pusat pemerintahan beserta perlengkapannya (institusi pemerintah) yang terdiri dari RM. Sutowijoyo sebagai senopati dan Ki Wirodiwongsi (warga setempat) sebagai patih serta 22 orang sebagai prajurit. Dalam mengendalikan perjuangannya, Raden Mas Said mengeluarkan semboyan yang sudah menjadi ikrar sehidup semati yang terkenal dengan sumpah “Kawulo Gusti” atau “Pamoring Kawulo Gusti” sebagai pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya, luluh dalam kata dan perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagaikan keluarga besar yang sulit dicerai-beraikan musuh. Ikrar tersebut berbunyi “tiji tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh”. pasukan inti kemudian berkembang menjadi perwira-perwira perang yang mumpuni dengan sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo. c. Pemerintahan di Nglaroh Pemerintahan yang dibangun oleh RM. Said di Dusun Nglaroh diawali tepat pada hari Rabu Kliwon, Tanggal 3 Rabiul Awal Tahun 1666 dengan candra sengkala “Roso Retu Ngoyeg Jagad” atau bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1741 M dengan surya sengkala “Kahutaman Sumebaring Giri Linuwih”. Bentuk pemerintahan di Dusun Nglaroh masih sangat terbatas dan sangat sederhana dan dikemudian hari menjadi simbol semangat pemersatu perjuangan rakyat. Tanggal ini pula yang dijadikan hari jadi Kabupaten Wonogiri. Inisiatif untuk menjadikan Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan Raden mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri ( Wiradiwangsa) yang kemudian didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu. Raden Mas Said juga menciptakan suatu konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu : 1. Mulat Sarira Hangrasa Wani, artinya berani mati dalam pertempuran karena dalam pertempuran hanya ada dua pilihan hidup atau mati. Berani bertindak menghadapi cobaan dan tantangan meski dalam kenyataan berat untuk dilaksanakan. Sebaliknya, disaat menerima anugerah baik berupa harta benda atau anugerah lain, harus diterima dengan cara yang wajar. Hangrasa Wani, mau berbagi bahagia dengan orang lain. 2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya merasa ikut memiliki daerahnya, tertanam dalam sanubari yang terdalam, sehingga pada akhirnya pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rela berjuang dan bekerja untuk daerahnya. Merawat dan melestarikan kekayaan yang terkandung didalamnya. 3. Wajib Melu Hangrungkebi, artinya dengan merasa ikut memiliki timbul kesadaran untuk berjuang hingga titik darah penghabisan untuk tanah kelahirannya. D. MASA KOLONIAL a. Kondisi Wonogiri saat akhir Keraton Mataram (Kartasura) Pada tahun 1741 M, pada saat perjalanan RM. Said dan rombongan menuju Dusun Nglaroh, Daerah Wonogiri belum terjamah Belanda. Berdasar dari sebuah kisah, bahwa sepanjang jalan menuju Nglaroh suasananya sangat nyaman dan tentram. Namun masyarakat setempat mengetahui keberadaan Kolonial Belanda di Surakarta (Pusat pemerintahan) dan bersikap membenci terhadap kolonial Belanda. Hal ini sangat menguntungan RM. Said dalam rangka menyusun kekuatan untuk menentang kolonial Belanda. b. Perjuangan RM. Said Melawan Penjajah Kegigihan Raden Mas Said dalam memerangi musuh-musuhnya sudah tidak diragukan lagi, bahkan hanya dengan prajurit yang jumlahnya sedikit, tidak akan gentar melawan musuh. Raden Mas Said merupakan panglima perang yang mumpuni, terbukti selama hidupnya sudah melakukan tidak kurang 250 kali pertempuran dengan tidak menderita kekalahan yang berarti. Dari sinilah Raden Mas Said mendapat julukan “Pangeran Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar maut (Penyambar Nyawa) bagi siapa saja musuhnya pada setiap pertempuran. Cerita tentang perjuangan RM. Said tertuang dalam cerita rakyat. Dikisahkan terjadi pertempuran di Dusun Dlepih, Tirtomoyo. Pasukan RM. Said dikepung oleh pasukan Belanda. Semua jalan telah tertutup dan satu-satunya jalan hanya menyeberangi sungai yang sedang banjir. Dalam menghadapi kesulitan tersebut, RM Said mengambil tindakan menendang pohon beringin yang berada di pinggir kali hingga roboh melintangi sungai. Dengan segera pasukan RM. Said meniti pohon beringin tersebut. Saat Belanda mengejar dengan jalan yang sama, pasukan RM. Said segera menyambut dengan senjata. Dalam menghadapi perjuangan RM. Said, Belanda mengalami kerugian besar. Pertempuran tersebut membutuhkan dana yang sangat besar. Demikian pula pasukannya banyak yang tewas. Belanda merasa kewalahan sehingga mencari jalan damai melalui suatu perundingan. Berdasar Perjanjian Salatiga, RM Said dinobatkan menjadi Raja Pura Mangkunegaran dan berhak atas tanah 6000 karya beserta daerah-daerah yang dikuasainya terlebih dahulu. c. Kerajaan Mangkunegaran Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran. Dalam perundingan yang melibatkan Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. Penetapan wilayah kekuasaan Raden Mas Said terjadi pada tanggal 17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. Kedudukannya sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul. KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 (lima) daerah yang masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu : 1. Daerah Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan Selogiri). Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul. Karakteritik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan. 2. Daerah Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro), mempunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik. 3. Daerah Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten Wonogiri sekarang masuk wilayah Kecamatan Tirtomoyo). Masyarakat didaerah ini mempunyai karakter sebagai Kethek Saranggon, mempunyai kemiripan seperti sifat kera yang suka hidup bergerombol, sulit diatur, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan tata krama sopan santun. Jika didekati mereka kadang kurang mau menghargai orang lain, tetapi jika dijauhi mereka akan sakit hati. Istilahnya gampang-gampang susah. 4. Daerah Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter sebagai Lemah Bang Gineblegan. Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya, boros dan sulit untuk melaksanakan perintah. Akan tetapi bagi seorang pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat. 5. Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek. Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan akan dikerjakan dengan penuh tanggungjawab. Dengan memahami karakter daerah-daerah tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan mengendalikan rakyat diwilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Pada tahun 1775 M, Kasunanan Surakarta telah jatuh di tangan kolonial Belanda dengan berdirinya Benteng Vasternburg di dekat keraton. Wonogiri juga sedikit banyak berpengaruh dengan keberadaan Penjajahan tersebut. Di bawah perintah Mangkunegara I, Kabupaten Wonogiri selalu giat melawan kolonial Belanda. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795. Setelah Raden Mas Said meninggal dunia, kekuasaan trah Mangkunegaran diteruskan oleh putra-putra beliau. Pada masa kekuasaan KGPAA Mangkunegara VII terjadi peristiwa penting sekitar tahun 1923 M yakni perubahan status daerah Wonogiri yang dahulu hanya berstatus Kawedanan menjadi Kabupaten. Saat itu Wedana Gunung Ngabehi Warso Adiningrat diangkat menjadi Bupati Wonogiri dengan pangkat Tumenggung Warso Adiningrat. Akibat perubahan status ini, wilayah Wonogiri pun dibagi menjadi 5 Kawedanan yaitu Kawedanan Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, Jatisrono dan Purwantoro. Pada saat itu di wilayah kekuasaan Mangkunegaran dilakukan penghematan anggaran keraton dengan menghapuskan sebagian wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar sehingga wilayah Mangkunegaran manjadi dua yaitu Kabupaten Mangkunegaran dan Kabupaten Wonogiri. Ini berlangsung sampai tahun 1946. d. Masa Cultuur Stelsel Pada masa tanam paksa, Pemerintah Hidia-Belanda membangun jalur rel kereta api Semarang – Surakarta (110 Km) pada tanggal 10 Februari 1870. Hal ini merupakan salah satu cara agar pengangkutan hasil bumi ke Kota Semarang semakin lancar. Terkait dengan hal tersebut, Wonogiri banyak menyumbangkan hasil buminya kepada kasunanan Surakarta untuk diserahkan kepada Pemerintah Hindia-Belanda. Sementara itu pengangkutan kayu dari Wonogiri menuju Solo masih menggunakan cikar yang ditarik kuda atau sapi. Jalur kereta api (KA) antara Solo-Wonogiri sendiri baru dibangun pada tanggal 1 April 1923 dan kemudian dioperasikan oleh Netherlands Indische Spoorwage (NIS) sebuah perusahaan swasta Pemerintah Hindia Belanda. Panjang jalur 33 kilometer, sebagian darinya melintas di tengah Kota Solo. Kereta api Bengawan Wonogiri atau yang lebih dikenal dengan Kereta Feeder Wonogiri. Kereta ini lebih difungsikan untuk kereta penumpang dengan stasiun yang terletak di Giripurwo, Wonogiri, Wonogiri dan berketinggian +144 m dpl. e. Masa Politik Etis Untuk kepentingan pendidikan, pada tahun 1927 pemerintah Hindia-Belanda juga mendirikan sekolah di Wonogiri. Sejak pemerintahan Belanda menerapkan politik Etis banyak sekolah mulai didirikan, walaupun sekolah-sekolah tersebut tidak sebanding dengan jumlah anak usia sekolah. Sekolah-sekolah yang didirikan adalah untuk kepentingan kolonial, baik kepentingan dalam bidang politik, ekonomi maupun administrasi. Jadi sama sekali tidak ditujukan untuk kepentingan rakyat Indonesia. Pada awalnya didirikan Sekolah Bumi Putra bagi para priyayi. Sekolah bumiputra Kelas Satu kelak menjadi Holands Inlandse School (HIS). Namun anak keluaran HIS pada umumnya tidak dapat diterima di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya dalan hal ini MULO karena kurang kepandaiannya, teutama mengenai Bahasa Belanda. E. MASA KEMERDEKAAN Sejak Republik Indonesia merdeka, tanggal 17 Agustus 1945 sampai tahun 1946 di wilayah Mangkunegaran terjadi dualisme pemerintahan, yaitu Kabupaten Wonogiri masih dalam wilayah monarki Mangkunegaran dan di lain pihak menginginkan Kabupaten Wonogiri masuk dalam sistem demokrasi Republik Indonesia. Timbulah gerakan Anti Swapraja yang menginginkan Wonogiri keluar dari sistem kerajaan Mangkunegaran. Akhirnya disepakati bahwa Kabupaten Wonogiri tidak menghendaki kembalinya Swapraja Mangkunegaran. Sejak saat itu Kabupaten Wonogiri mempunyai status seperti sekarang, dan masuk sebagai Kabupaten yang berada diwilayah Propinsi Jawa Tengah. Sekitar tahun 1948, ada usaha penjajah Belanda ingin berkuasa kembali dengan cara mengirimkan pasukan lengkap dengan persenjataannya, ke wilayah Surakarta selatan untuk menguasai Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri. Menyikapi manuver tentara Belanda itu, sejumlah pejuang TRI berinisiatif memasang tiga buah track bom di ketiga dasar tiang jembatan agar jembatan hancur, agar tentara Belanda tidak dapat melaju ke Wonogiri. Tapi skenario peledakan jembatan tidak berjalan sesuai rencana. Karena hanya satu bom yang terpasang di tengah yang meledak. Dua bom lainnya, di tiang jembatan sisi utara dan selatan, gagal meledak. Jembatan Nguter rusak di bagian tengahnya. Hal ini cukup menghambat laju pernyusupan tentara Belanda ke Wonogiri. Meskipun kemudian, Belanda menempuh cara melintasi Bengawan Solo dengan meniti jembatan kereta api (KA), dan berupaya memperbaiki bagian tengah jembatan Nguter yang rusak oleh ledakan bom. Selesai perbaikan, kemudian dicoba untuk lewat. Tapi dua tank tempur Belanda berserta kelengkapan amunisinya, terjerumus ke dasar sungai Bengawan Solo. Dua tank tempur itu tidak dapat diangkat ke atas karena terbenam lumpur. Sumber 1. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Tengah – Direktorat Jendrak Kebudayaan – Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2000), Leaflet Masjid Agung Demak, Prambanan Klaten. 2. Parpal Poerwanto, Cerita Rakyat dari Wonogiri – Jawa Tengah, Grasindo, hal 2-5. 3. http://wonoreggae.blogspot.com/2012/05/sejarah-tonggak-berdirinya-kabupaten.html 4. http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0712/21/dar3.htm 5. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1993), Sejarah Nasional Indonesia III, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka (ringkasan)